Teladan Positif dari Sang Bapak Proklamator Drs. Moh. Hatta

Drs. Moh. Hatta sepak terjangnya tidak perlu diragukan lagi dalam  membangun negeri Indonesia tercinta. Entah kenapa saya justru lebih mengidolakan sosok Moh. Hatta dibanding dengan Ir. Soekarno, mungkin karena saya ilfeel ketika mengetahui soekarno berapa kali nikah-cerai (persepsi pribadi). baiklah saya akan berbagi hal-hal positif yang bisa dijadikan pelajaran dalam hidup :
  1. Tekun ulet dan gigih memperjuangkan aspirasi rakyat
  2. Bersahaja dan tidak berlebih lebihan
  3. Peduli akan kehidupan rakyat miskin dan orang orang terlantar
  4. Menguasai banyak bahasa dan mampu menyuarakannya secara tertulis dan tidak tertulis
  5. Sabar menghadapi gempuran gempuran dari pihak luar.
  6. Diplomatis dan bijaksana saat memimpin
  7. Mencintai Negara republic Indonesia seperti ayah yang mengasuh anaknya dari kecil
  8. Turut serta dalam pertempuran menyelamatkan Indonesia dari penjajahan
  9. Tekad baja dan rela mati demi membela kehormatan agama dan Negara
  10. Mampu menciptakan banyak penemuan ilmiah dan non ilmiah saat menjabat jadi wakil presiden
  11. Taat kepada perintah agama dan sangat berwibawa.

dan berikut Peran Drs. Mohammad Hatta dalam usaha mempertahankan kemerdekaan antara lain sebagai berikut:
  1. Bersama Ir. Soekarno menandatangani naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
  2. Menjadi pemimpin delegasi Indonesia dalam Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag, Belanda tanggal 23 Agustus–2 November 1949.Pada tanggal 27 Desember 1945, menandatangani naskah pengakuan kedaulatan Republik Indonesia.
  3. Drs. Mohammad Hatta dipercaya mendampingi Ir. Soekarno menjadi wakil presiden pertama Republik.

Moh. Hatta dan Sepatu Bally idaman
Adakah pejabat yang mampu mengendalikan diri untuk tidak korupsi? Entahlah. Rasa saat ini sulit ditemui pejabat yang juru dan anti korupsi. Tetapi Bung Hatta, Proklamator dan Wakil Presiden RI pertama telah memberikan contoh, bahwa sebenarnya kontrol diri untuk tidak korupsi itu bisa dilakukan.
Salah satu kisah yang menarik dari Bung Hatta dan selalu diingat masyakarat adalah kisah tentang sepatu Bally yang mekipun sangat diidam-idamkannya, tetapi hingga akhir hayatnya tidak dia dapatkan.
Pada tahun 1950-an, Bally adalah merek sepatu mewa yang berharga mahal. Ketika itu, Bung Hatta, yang wakil presiden berniat membelinya. Lalu dia menyimpan guntingan iklan yang memuat alamat penjualnya.
Kemudian dia pun menabung untuk meuwujudakan keinginnya tersebut. Namun, dalam waktu yang cukup lama, uang tabungan tidak pernah cukup untuk membeli sepatu Bally. Penyebabnya, adalah karena uang tabungan selalu dikurangi untuk keperluan rumah tangga atau untuk membantu orang-orang yang datang kepadanya guna meminta pertolongan. Akibatnya, keinginan Bung Hatta untuk membeli sepasang sepatu Bally tak pernah kesampaian hingga akhir hayatnya. Bahkan, yang lebih mengharukan, ternyata hingga wafat, guntingan iklan sepatu Ball tersebut masih tersimpan dengan baik.
Andai saja Bung Hatta mau memanfaatkan posisinya saat itu, sebenarnya sangatlah mudah baginya untuk memperoleh sepatu Bally. Tinggal ngomong saja dengan para duta besar atau pengusaha yang menjadi kenalannya, pasti akan dibelikan. Bahkan tidak hanya sepatu bally, barang yang lebih mahal pun mudah dia dapatkan. Tetapi semua itu tidak dilakukannya.
Selain sepatu Bally, ternyata Hatta juga tidak mampu mesin jahit yang juga sudah lama didambakan sang istri. Ketika itu, Hatta mengundurkan diri dari jabatan wakil presiden, 1 Desember 1956, uang pensiun yang diterimanya sangat kecil. Bahkan saking kecilnya, sampai-sampai hampir sama dengan Dali, sopirnya yang digaji pemerintah. Dalam kondisi seperti ini, keuangan keluarga Bung Hatta memang sangat kritis.
Bung Hatta pernah pula mengembalikan sisa uang transportasi sepulang dari Swedia. Ketika itu Bung Hatta mendapati uang masih bersisa, dan karena dia merasa bukan haknya, uang itu dikembalikannya ke kas negara.
Di lain waktu suatu saat Bung Hatta kaget melihat tagihan listrik, gas, air, dan telepon yang harus dibayarnya, karena mencekik leher. Menghadapi keadaan itu, Bung Hatta tidak putus asa. Dia semakin rajin menulis untuk menambah penghasilannya. Baginya, biarpun hasilnya sedikit, yang penting diperoleh dengan cara yang halal.

Posting Komentar untuk "Teladan Positif dari Sang Bapak Proklamator Drs. Moh. Hatta"